4.15.2013

Pecinta Alam dan (atau) Penjelajah Alam


Lama tidak menulis, rasanya tangan ini sudah kaku-kaku.

Yap, seperti pada judul saya tuliskan Pecinta Alam dan (atau) Penjelajah Alam , sebetulnya itu adalah ekspresi kebingungan sekaligus sedikit keprihatinan saya terhadap teman-teman yang suka berpetualang menaklukkan alam. Bukan bermaksud meng-under estimate-kan mereka nih, saya sangat salut pada mereka yang rela berjuang mendaki gunung lewati lembah dan lain lain dan lain lain. Kebersamaan yang selalu mereka pertahankan, kekuatan fisik yang benar-benar harus fit, dan pengalaman yang berbeda di setiap momen mereka melakukan pejelajahan merupakan hal yang selalu membuat saya iri. (dari dulu bapak nggak pernah mengijinkan saya untuk naik gunung T,T – red)

Saya nggak tahu apa yang mereka lakukan di atas gunung dan di dalam lembah dan lain lain dan lain lain. Terkadang saya berpikir, apakah mereka sesuai dengan nametag yang mereka bawa : Pecinta Alam. Ataukah sekedar memuaskan keinginan batin menaklukkan alam dan menunjukkan kemampuan dalam survival.

Sungguh ironis jika mapala yang konon kepanjangan dari mahasiswa pecinta alam melakukan aktivitas penjelajahan namun tidak melakukan apapun untuk alam. Kan judulnya pecinta alam, lalu apa yang sudah dilakukan untuk alam? Memang nggak semua mapala seperti ini, banyak mapala yang benar-benar totalitas untuk alam tapi ada juga yang mapala yang menurut saya kepanjangannya lebih baik “mahasiswa penjelajah alam”

Mungkin pemikiran ini karena rasa iri saya yang nggak pernah mendapat ijin dari bapak.
Tapi hey lihat lebih jauh, mungkin saya tidak punya kesempatan jalan-jalan seperti mereka. Tapi orang-orang yang bernasib sama seperti saya pun tetap bisa membuktikan diri bahwa kita adalah pecinta alam. Menjadi seorang pecinta alam tidak harus dengan berkeliling dari gunung ke gunung, lembah ke lembah, atau hutan ke hutan.

Mulailah dari hal simpel seperti tidak membuang sampah sembarangan, dan memilah sampah organik dan non-organik. Yang lebih simpel lagi, bawalah air minum dengan botol. Percaya atau tidak, kebiasaan baik seperti ini selain untuk menghemat uang saku juga mengurangi produksi plastik yang digunakan untuk botol air minum  kemasan secara global. Bawa tas sendiri ketika berbelanja sehingga tidak perlu meminta tas kresek dari toko.

Semudah itu saja untuk menjadi pecinta alam.

Jika ingin yang lebih “terlihat” lagi, kemarin saya ikut serta dalam kegiatan reboisasi di lereng gunung Merapi yang tandus akibat erupsi tahun lalu. Hal sederhana yang tidak setiap hari bisa saya lakukan, dan saya sangat menikmati. Konon, 1 pohon mampu memberi oksigen untuk 2 orang. Jika yang saya tanam bersama teman-teman kemarin ada 1000 bibit, setidaknya mampu untuk memberi oksigen 2000 orang.
Seandainya ada kesempatan, saya ingin sekali melakukan hal semacam itu lagi. Tidak hanya berhenti pada reboisasi, saya ingin menanam tanaman bakau untuk mencegah abrasi air laut, dan ingin sekali ke tempat penangkaran penyu atau binatang dilindungi lainnya.

Semoga bisa terealisasi J

Semua itu bisa dilakukan tanpa kita harus melakukan perjalanan jauh. Karena itu, pesan yang ingin saya sampaikan untuk teman-teman yang memiliki kesempatan lebih, alangkah baiknya sambil melakukan perjalanan itu juga melakukan hal yang bermanfaat untuk alam. Misalnya, satu orang membawa satu bibit untuk ditanam di gunung. Jangan membuang sampah atau bahkan ikut membersihkan sampah yang dibuang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Mencintai alam tu sederhana. Lihatlah apa yang telah alam berikan kepada kita dan coba untuk hidup sejalan dengan alam, bukan menaklukkan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar