Lama tidak menulis, rasanya tangan ini sudah kaku-kaku.
Yap, seperti pada judul saya tuliskan Pecinta Alam dan
(atau) Penjelajah Alam , sebetulnya itu adalah ekspresi kebingungan sekaligus
sedikit keprihatinan saya terhadap teman-teman yang suka berpetualang
menaklukkan alam. Bukan bermaksud meng-under estimate-kan mereka nih, saya sangat
salut pada mereka yang rela berjuang mendaki gunung lewati lembah dan lain lain
dan lain lain. Kebersamaan yang selalu mereka pertahankan, kekuatan fisik yang
benar-benar harus fit, dan pengalaman yang berbeda di setiap momen mereka
melakukan pejelajahan merupakan hal yang selalu membuat saya iri. (dari dulu
bapak nggak pernah mengijinkan saya untuk naik gunung T,T – red)
Saya nggak tahu apa yang mereka lakukan di atas gunung dan
di dalam lembah dan lain lain dan lain lain. Terkadang saya berpikir, apakah
mereka sesuai dengan nametag yang mereka bawa : Pecinta Alam. Ataukah sekedar
memuaskan keinginan batin menaklukkan alam dan menunjukkan kemampuan dalam
survival.
Sungguh ironis jika mapala yang konon kepanjangan dari
mahasiswa pecinta alam melakukan aktivitas penjelajahan namun tidak melakukan
apapun untuk alam. Kan judulnya pecinta alam, lalu apa yang sudah dilakukan
untuk alam? Memang nggak semua mapala seperti ini, banyak mapala yang
benar-benar totalitas untuk alam tapi ada juga yang mapala yang menurut saya
kepanjangannya lebih baik “mahasiswa penjelajah alam”
Mungkin pemikiran ini karena rasa iri saya yang nggak pernah
mendapat ijin dari bapak.
Tapi hey lihat lebih jauh, mungkin saya tidak punya
kesempatan jalan-jalan seperti mereka. Tapi orang-orang yang bernasib sama
seperti saya pun tetap bisa membuktikan diri bahwa kita adalah pecinta alam. Menjadi
seorang pecinta alam tidak harus dengan berkeliling dari gunung ke gunung,
lembah ke lembah, atau hutan ke hutan.
Mulailah dari hal simpel seperti tidak membuang sampah
sembarangan, dan memilah sampah organik dan non-organik. Yang lebih simpel
lagi, bawalah air minum dengan botol. Percaya atau tidak, kebiasaan baik
seperti ini selain untuk menghemat uang saku juga mengurangi produksi plastik
yang digunakan untuk botol air minum kemasan secara global. Bawa tas sendiri ketika
berbelanja sehingga tidak perlu meminta tas kresek dari toko.
Semudah itu saja untuk menjadi pecinta alam.
Jika ingin yang lebih “terlihat” lagi, kemarin saya ikut
serta dalam kegiatan reboisasi di lereng gunung Merapi yang tandus akibat
erupsi tahun lalu. Hal sederhana yang tidak setiap hari bisa saya lakukan, dan saya
sangat menikmati. Konon, 1 pohon mampu memberi oksigen untuk 2 orang. Jika yang
saya tanam bersama teman-teman kemarin ada 1000 bibit, setidaknya mampu untuk
memberi oksigen 2000 orang.
Seandainya ada kesempatan, saya ingin sekali melakukan hal
semacam itu lagi. Tidak hanya berhenti pada reboisasi, saya ingin menanam
tanaman bakau untuk mencegah abrasi air laut, dan ingin sekali ke tempat
penangkaran penyu atau binatang dilindungi lainnya.
Semoga bisa terealisasi J
Semua itu bisa dilakukan tanpa kita harus melakukan
perjalanan jauh. Karena itu, pesan yang ingin saya sampaikan untuk teman-teman
yang memiliki kesempatan lebih, alangkah baiknya sambil melakukan perjalanan
itu juga melakukan hal yang bermanfaat untuk alam. Misalnya, satu orang membawa
satu bibit untuk ditanam di gunung. Jangan membuang sampah atau bahkan ikut
membersihkan sampah yang dibuang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Mencintai alam tu sederhana. Lihatlah apa yang telah alam
berikan kepada kita dan coba untuk hidup sejalan dengan alam, bukan menaklukkan
alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar