2.25.2013

Senja di Parangtritis

Parangtritis, pantai di pesisir Bantul, Yogyakarta, konon adalah pantai dengan pengunjung terbanyak di propinsi itu. Selain pemandangan laut dan ombaknya yang indah, terdapat tebing/bukit di sekitar pantai yang menambah keindahan panorama memuaskan mata. Meskipun disertai dengan cerita mistis mengenai keberadaan Nyi Roro Kidul sang Ratu Laut Selatan namun tidak mengurangi minat pengunjung.

Sore itu setelah sholat ashar kami berencana mem-bolang ke Parangtritis. Tersebutlah 8 anak : saya, tata, reni, watti, septi, riska, yudhi, dan reno. Dengan mengendarai motor *karena adanya ya cuma motor* kami berangkan sekitar pukul 3. Dari terminal Giwangan kami lurus ke selatan ke arah Jalan Imogiri Timur. Kira-kira 15 menitan ada perempatan (kurang tau itu perempatan apa, tp di sebelah kirinya terdapat sekolah MTs/Man) yang kemudian sampai di stadion Pacar, Bantul. Lewat dari stadion ada perempatan lagi, kami belok kiri ke arah selatan. Luruuuus terus sampai entah dimana saya juga nggak hafal jalannya kalau diminta ngulang. Di tengah jalan hujan deras sekali, aduuuuh merusak suasana banget deh >,<

Tapi suasana kacau karena hujan terhenti ketika kami sampai di sebuah jembatan di daerah Pundong, Bantul. Taraaa ... kami harus melewati jembatan gantung kecil yang lebarnya kurang dari 1,5 meter yang melewati sungai cukup besar dan sepertinya sedang banjir. Omaigad! Sempat terpikir oleh salah seorang dari kami untuk mencari jalan memutar saja. Tapi saya merasa sia-sia perjalanan sejauh ini kalau memutar. Sudahlah dilewati saja, toh nggak tiap hari melewati jembatan yang eksotis dan romantis ini :3
Jembatan hanya cukup untuk satu kendaraan saja. Jadi kalau ada kendaraan lain yang akan melintas dari arah berlawanan, harus ada yang mengalah dan menunggu di ujung jembatan. Kalau sampai bertemu di tengah jembatan, salah satu kendaraan harus mundur. No way ...

ini nih jembatan Pundong yang aduhai :3

Lanjuuut
Setelah melewati jembatan, kami tinggal mengikuti jalan aspal yang sudah bagus tapi masih banyak lubang jadi terjadi sedikit kecelakaan, ada pengendara dari arah yang berlawanan terpeleset dan sandalnya lepas! *nonsense* Kayaknya itu mas-mas terlalu cepat makanya nggak lihat ada lubang jalan. ckckck pembaca harus hati-hati nih lain kali kalau sedang hujan :)

Dari Pundong langsung tembus ke jalan Parangtritis dan sudah terang. Yaa kurang dari sejam kalau jalan normal *tanpa hujan*. Karena kami kehujanan maka mantol (jas hujan) belum kami lepas. Pas sampai di TPR, bapak penjaganya melambaikan tangan entah apa maksudnya. Saya pikir itu adalah sign supaya kami terus saja. Ya sudah dengan PD-nya saya melaju kencang melewati TPR dan tidak membayar :9
sampai sekarang saya nggak paham bapak itu maksudnya apa -,-

Sampailah kami di Parangtritis ..
Aah senja setelah hujan deras, sejuk sekali rasanya..
Beberapa gambar yang saya ambil nih, tentang keindahan langit senja Parangtritis 

 view yang paling aku suka, dari ujung timur Parangtritis 

 karena bukan libur panjang , jadi nggak begitu ramai 






senja di Parangtritis

Selain bisa menikmati indahnya sore di pantai, banyak juga fasilitas yang ditawarkan di Parangtritis : naik kereta kuda (dokar) , naik kudanya itu sendiri, atau mengendaradi ATV. Rata-rata harganya dipatok 25rb setiap fasilitas. 
Kalau lapar di pantai dan malas minggir ke tepi, tenang saja, ada tukang siomay dimana-mana! cukup dengan 3ribu rupiah siomay anget siap disantap! nyem nyem :9
santai di pantai sambil nunggu pelanggan


jejak roda kereta kuda

 parkiran motor

depannya bisa juga buat parkiran mobil

Lagi asyik jalan dan foto-foto di sekitar pantai, eeh mata saya terganggu. Yak apa lagi kalau bukan SAMPAH. Ini masalah yang selalu terjadi di setiap tempat keramaian. Coba deh pembaca lihat ni beberapa fotonya.





Waaw, luar biasa bukan? Kebiasaan kita yang nggak buang sampah pada tempatnya. Direnungin lagi deh, bagus nggak kebiasaan kayak gitu.
Kalau sampah daun, ranting, masih bisa dimaklumi. Lah ini ada bungkus ind*mie, b*g cola, ampuuun deh joroknyaa.
Sebenarnya pemerintah sudah menyediakan tempat sampah yang cukup besar. Tingginya sekitar 1 m, jaraknya setiap 10 m. Tapi inilah Indonesia ..




Lihat, ada tempat sampah tapi tetap ditemukan sampah yang berceceran. Tempat sampah pun cuma isi setengahnya saja. ckckck
Lain kali, coba deh lebih peduli sama lingkungan :)
Mulai dari yang gampang dulu, kalau memang sudah disediakan tempat sampah, buang di tempatnya.
Open your mind guys :)

Overall, Parangtritis tetap memiliki pesona sendiri. Tempat yang tepat untuk seru-seruan sama teman atau keluarga, tenpat yang romantis untuk pasangan *ciee ..




2.12.2013

Kebun Buah Mangunan

Kebun Buah Mangunan berada di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, DI. Yogyakarta. Berupa Wisata Pendidikan, Wisata Alam, Berkemah, dan Sarana Outbond. KBM ini menempati areal seluas + 23,5 Ha dengan fasilitas dan berbagai aneka tanaman buah-buahan dan ternak.

Fasilitas

* Aula besar
* Pendopo
* Gazebo
* Joglo
* Mushola
* Area kemah (3 tempat) 
*Kolam pemancingan (1 tempat)
* Kolam renang anak-anak (2 pool) 
*Area outbond 
* Sarana outbond (flying fox, reflying, dll)
* Pondok inap (2 pondok) 
* Kamar mandi 
* Parkir luas 
* Kebun aneka buah 
* Peternakan
* Camping ground 1 Ha 
* Arena bermain anak

Dari sekian banyak fasilitas yang dituliskan, saya nggak menemui kolam renang anak, sarana outbond, pondok inap, musholla, dan camping ground. Mungkin karena saya kurang menjelajah. Maklum, gerimis manis menemani saya selama perjalanan di Kebun Buah ini. Jadi malas untuk berlama-lama.

Spot yang langsung saya tuju adalah gardu pandangnya. Konon pemandangan dari ini indah sekali. Jalan menuju gardu pandang juga tak kalah indah. Melewati banyak pohon buah, dan kolam. Dengan tanjakan yang lumayan curam (gigi 1 kalau pakai motor bebek) akhirnya saya sampai di tempat tujuan.

Dan benar, ternyata memang indah. Saya bisa melihat kota Bantul dari perspektif yang berbeda. Hijau sekali.








ada juga tempat untuk tanaman organik, tapi sepi banget



Sayangnya pembangunan sarana-prasarana disini kurang mendapat perhatian. Menurut saya pribadi, semestinya desain landscape di Kebun Buah ini masih sangat bisa di eksplor sehingga lebih menarik dan aman bagi pengunjung :)


tangganya cukup curam dan tidak ada railing

Parahnya lagi, dengan fasilitas yang kurang mendapat perhatian secara maksimal, pengunjung juga nggak ikut merawat. Tetap saja banyak coretan tangan yang salah tempat dan salah gaul -,-
Kan sayang tempatnya eh, kenapa sih pada nggak bisa menjaga fasilitas umum.





 

Jalan atau Kubangan?

Hujan deras banget waktu saya melewati jalan Jogja-Magelang.
Jalan ini baru saja diperbaiki sekitar 3 bulan yang lalu (sepertinya). Perbaikannya berupa pelebaran jalan dan pemberian pembatas jalan. Nah inilah yang jadi masalah baru.

Perbaikan dilakukan saat musim kemarau, dan entah terpikir atau tidak bagaimana kondisi jalannya ketika musim hujan. Jadi jalan yang saya lewati itu agak cekung (turunan) kemudian pembatas jalannya berupa beton padat. Memang ada vegetasi di pembatas jalan, tapi sayangnya itu didesain di atas pembatasnya bukan memotong di antara pembatas. Sehingga pembatan beton yang padat itu benar-benar tanpa celah dan membagi ruas jalan menjadi dua arah secara rapat.

Ketika hujan turun, bisa terbayang apa yang terjadi? Voilaaa ruas jalan dari arah Magelang menuju Jogja terendam air dan airnya terjebak karena alasan di atas. 1. Jalannya menurun sehingga membentuk cekungan. 2. Pembatas jalan berupa beton padat yang bahkan tidak bisa dilalui air.
Rasanya bukan melewati jalan raya tapi seperti melintas di tengah kubangan. Air menggenang sampai batas atas pembatas jalan.





Akhirnya warga bergotong royong membawa peralatan tukang dan menjebol pembatas jalan supaya air bisa mengalir ke ruas jalan yang berlawanan supaya volume air bisa terbagi. 
Yang saya bingung, ini jalan sepertinya tidak dipikirkan sampai sejauh itu. Sepertinya perlu dipertimbangkan dalam dunia konstruksi mengenai 2 musim yang terjadi di Indonesia. Oh no~
<

Nasi Rawon Depot Kluwak

Namanya Depot Kluwak. Lokasinya di Jalan Gadjah Mada sebelah utara Bioskop Permata, atau di seberangnya Hotel Jambuluwuk yang cetar membahana.

Waktu kesana tepat jam makan malam, sekitar jam 7 malam sama Bapak dan Ibu. Kupikir itu waktu yang tepat untuk makan. Ternyata setelah lihat menu dan milih-milih, kata mbaknya menu yang ada tinggal nasi rawon. Waa padahal menunya lumayan banyak tapi kenapa jodohnya sama rawon aja -,-
Bukanya nggak mau, tapi kalo sekeluarga makan rawon kan nggak variatif, nggak bisa icip-icip menu lain. Hehe. Lumayan enak nasi rawonnya. Bumbunya berasa banget. Aromanya juga harum.




 Nasi Rawon Depot Kluwak


Depot Kluwak menyediakan makanan Jawa dengan yang resepnya sudah turun temurun, Menu makanannya ada Nasi Rawon, Nasi Brongkos, Terik Daging, dan Salad Solo.
Depot Kluwak juga menyediakan beberapa minuman, seperti: Teh Gula Batu, Jahe Gula Batu, Jahe Susu Gula Batu, Teh Jahe Gula Batu, dan Juice Buah Segar. Depot Kluwak juga menerima pesanan untuk acara arisan, gathering, dan event-event special lainnya, juga menyediakan jasa delivery service. 




Untuk makan bersama keluarga, nggak ada salahnya coba di Depot Kluwak. Menunya khas masakan rumahan. Suasananya menenangkan walaupun di dekat jalan yang ramai. Desain interiornya menggunakan kayu-kayu dan bata ekspos yang membuat pengunjung serasa di rumah jadul.



suasana interior depot kluwak



2.10.2013

Yang Terlewatkan dan (Hampir) Terlupakan

Minggu kemarin saya diajak Ibu ke Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul untuk melihat kesenian tradisional, katanya begitu. Dalam pikir saya, kesenian tradisional mungkin semacam tari-tarian atau gamelan di dalam pendopo atau rumah Kepala Dusun. 

Lokasi keseniannya lumayan masuk desa. Khas banget dengan pohon rimbun dan halaman rumah yang luaaas dan jeda rumah yang jarang-jarang. Jalannya sih udah aspal, lumayanlah.
Begitu masuk ke perkampungan ada satu ruas jalan yang itu rameee banget. Ternyata disitu spot keseniannya. Di luar dugaan, bukan di pendopo atau rumah Kepala Dusun, keseniannya digelar di tengah jalan! 

Penontonnya ya warga sekitar. Banyak banget sampe penuhin jalan. Sampe segitunya warga antusias menyambut kesenian. Saya menyusup ke tengah-tengah penonton dan ternyata kesenian tradisional yang dimaksud adalah Reog. Saya kurang tau apa ini Reog yang sama dengan Reog Ponorogo atau dengan versi yang berbeda, karena pemainnya ternyata dari warga lokal Bantul.


 sound yang dibawa oleh rombongn reog


antusiasme warga sampai berdesakan di jalan







aksi pemkerja seni di jalanan kampung Kecamatan Srandakan, Bantul

Jumlah pemainnya banyak banget, lebih sari 20 orang mungkin kalau ditambah dengan pemain musik. Yang keren dari pemain musiknya adalah live music! Bahkan penyanyinya juga live, wuduuh girlband che***be*** aja kalah hahaha

Salut deh sama mbak-mbak dan mas -mas yang masih mau mempertahankan keseninan macam ini. Kalau bukan mereka, siapa lagi yang mau eksis menghibur warga. Mungkin di perkotaan nggak ada nih yang mau begini, tapi lihat di kampung, wuh itu jadi hiburan yang menyenangkan.

Dalam satu hari mereka bisa "manggung" di sembilan tempat loh! (hasil nanya xp)
Sekali tampil durasi bermacam-macam tergantung cerita. Kalau yang saya tonton kemarin, sekitar 1 jam dengan cerita Ramayana. Mereka nggak begitu memikirkan berapa upah yang didapat, karena sebagian besar dari para artis ini manggung cuma sekedar menyalurkan hobi dan mempertahankan kebudayaan aja. Waaw sulit dipercaya.

Untuk biaya kostum, make up, sound, dll kira-kira dibutuhkan sekitar 9 juta. Mahal juga ya. Dengan manggung di sembilan tempat, ternyata nggak menjamin mereka bisa menutup semua pengeluaran itu. Jadi kadang-kadang mereka "tombok" demi tampil menghibur masyarakat.

Hmm .. ucapan terimakasih dengan tulus saya sampaikan secara pribadi untuk semua artis yang semacam mereka. Luar biasa. Mereka jauh lebih hebat daripada semua girlband yang saya tahu. Tampil menghibur secara totalitas dan mempertahankan kebudayaan lokal.
They're the future! 
:)