2.10.2013

Yang Terlewatkan dan (Hampir) Terlupakan

Minggu kemarin saya diajak Ibu ke Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul untuk melihat kesenian tradisional, katanya begitu. Dalam pikir saya, kesenian tradisional mungkin semacam tari-tarian atau gamelan di dalam pendopo atau rumah Kepala Dusun. 

Lokasi keseniannya lumayan masuk desa. Khas banget dengan pohon rimbun dan halaman rumah yang luaaas dan jeda rumah yang jarang-jarang. Jalannya sih udah aspal, lumayanlah.
Begitu masuk ke perkampungan ada satu ruas jalan yang itu rameee banget. Ternyata disitu spot keseniannya. Di luar dugaan, bukan di pendopo atau rumah Kepala Dusun, keseniannya digelar di tengah jalan! 

Penontonnya ya warga sekitar. Banyak banget sampe penuhin jalan. Sampe segitunya warga antusias menyambut kesenian. Saya menyusup ke tengah-tengah penonton dan ternyata kesenian tradisional yang dimaksud adalah Reog. Saya kurang tau apa ini Reog yang sama dengan Reog Ponorogo atau dengan versi yang berbeda, karena pemainnya ternyata dari warga lokal Bantul.


 sound yang dibawa oleh rombongn reog


antusiasme warga sampai berdesakan di jalan







aksi pemkerja seni di jalanan kampung Kecamatan Srandakan, Bantul

Jumlah pemainnya banyak banget, lebih sari 20 orang mungkin kalau ditambah dengan pemain musik. Yang keren dari pemain musiknya adalah live music! Bahkan penyanyinya juga live, wuduuh girlband che***be*** aja kalah hahaha

Salut deh sama mbak-mbak dan mas -mas yang masih mau mempertahankan keseninan macam ini. Kalau bukan mereka, siapa lagi yang mau eksis menghibur warga. Mungkin di perkotaan nggak ada nih yang mau begini, tapi lihat di kampung, wuh itu jadi hiburan yang menyenangkan.

Dalam satu hari mereka bisa "manggung" di sembilan tempat loh! (hasil nanya xp)
Sekali tampil durasi bermacam-macam tergantung cerita. Kalau yang saya tonton kemarin, sekitar 1 jam dengan cerita Ramayana. Mereka nggak begitu memikirkan berapa upah yang didapat, karena sebagian besar dari para artis ini manggung cuma sekedar menyalurkan hobi dan mempertahankan kebudayaan aja. Waaw sulit dipercaya.

Untuk biaya kostum, make up, sound, dll kira-kira dibutuhkan sekitar 9 juta. Mahal juga ya. Dengan manggung di sembilan tempat, ternyata nggak menjamin mereka bisa menutup semua pengeluaran itu. Jadi kadang-kadang mereka "tombok" demi tampil menghibur masyarakat.

Hmm .. ucapan terimakasih dengan tulus saya sampaikan secara pribadi untuk semua artis yang semacam mereka. Luar biasa. Mereka jauh lebih hebat daripada semua girlband yang saya tahu. Tampil menghibur secara totalitas dan mempertahankan kebudayaan lokal.
They're the future! 
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar